Saturday 2 July 2016

Monday 4 April 2016

Kenikmatan Mesum di Gedung Bioskop Umum

kisah kenikmatan Mesum di Bioskop dengan orang baru dikenal, cerita sex dewasa ngentot di gedung bioskop. selamat membaca.


Hari ini ia merasa suntuk dan bete dirumah, maka ia memutuskan untuk pergi saja ke bioskop sendirian, kebetulan film yang ia tunggu sudah diputar di biskop. Sarah bersiap pergi ke bisokop, ia bercermin untuk terakhir kalinya, cermin di kamarnya memantulkan sosok wajah cantik, dengan tank top biru muda menutup tonjolan di dada yg cukup besar, rok mini denim, memeperlihatkan keahalusan dan kemulusan kaki seorang gadis belia. puas dengan penampilannya ia pun segera pergi ke bioskop.

Di dalam ruang teater, susananya cukup penuh, karena ini adalah pemutaran perdana alias premiere. Sarah menempati tempat duduknya, dan sementara film belum mulai diputar, pikiran Sarah melayang, memikirkan tentang mantannya dan masa masa indah dulu.

Sarah dengan iri memandangi para penonton di bisokop itu yg sedang berduaan dengan pacarnya, sedangkan ia duduk di runag tunggu ini sendirian tanpa ada seorangpun yang menemani. Beberapa hari yang lalu Sarah mendengar klo pacarnya selingkuh dengan kawan baiknya, awalnya Sarah ga percaya, namun kemarin ia melihat dengan mata kepalanya sendiri dan dengan perasaan sakit hati, ia langsung memutuskan hubungan dengan pacarnya.


“maaf…permisi mbak …numpang lewat…….” sebuah suara mengagetkan Sarah. seorang pria tampan tampak tersenyum pada Sarah, tatapan pria itu menimbulkan perasaan aneh pada diri Sarah.
“ooh..ya ..maaf…” kata Sarah tersadar dan memberi jalan untuk pria itu lewat, dan ternyata pria itu duduk tepat disebelahnya.
setelah duduk pria itu kembali menatap Sarah,, tersenyum dan mengucapkan terima kasih, perasaan aneh pada diri Sarah kembali muncul, entah apa…. Sarah tak mau terlalu ambil pusing, film sudah dimulai.

Film sudah berjalan setengahnya, saat Sarah merasakan ada yg menyentuh lengannya, ia menoleh dan melihat pria itu sedang mengelus elus lengan Sarah tapi tatapan matanya tetap pada layar. Sarah bisa saja marah dan memaki maki pria kurang ajar itu, namun entah mengapa ia membiarkan pria itu mengelus elus lengannya. merasa tak ada penolakan dari Sarah, pria itu terus mengelus elus lengan Sarah, sambbil terus menatap pada layar. Sarah sendiri hanya terdiam nafasnya seolah terhenti, ia tak bisa ( atau tak mau) menolak perlakuan pria itu, ia malah memejamkan mata seolah menikmati sentuhan demi sentuhan yg dilakukan oleh pria disebelahnya. Getaran getaran di tubuhnya terasa semakin kuat.

Sarah segera membuka mata dan tubuhnya bagai kena sengatan listrik saat ia merasakan tangan pria itu melewati lengannya dan menyentuh buah dadanya, awalnya hanya sentuhan sentuhan kecil, namun ketika kembali tak ada reaksi penolakan dari Sarah, sentuhan pria ini berubah menjadi remasan remasan yg membangkitkan bbirahi Sarah.

Dengan sedikit takut Sarah menoleh ke penonton di sebelahnya, ternyata orang itu serius menonton. Pria asing itu terus menerus meremas buah dada Sarah, menyebabkab puting Sarah perlahan mengeras tanda Sarah sudah sangat terangsang. Pria itu sepertinya tahu hal itu, maka dengan berani tangannya menelusup masuk ke balik tank top Sarah dan menyentuh langsung buah dada itu. tiba tiba handphone penonton disebelah berbunyi, membuat pria itu dengan segera menarik tangannya dan duduk manis seolah tak ada apa apa.
Sarah sendiri masih bingung apa yg terjadi, ia sama sekali tak kenal pria ini tapi …kenapa ia membiarkan pria itu berbuat kurang ajar padanya, membiarkan menyentuh tubuhnya, bahkan saat ini birahi Sarah semakin naik dan berharap pria ini kembali menyentuhnya.


Setelah beberapa menit, Sarah merasakan ada yag menelusup masuk ke balik rok pendeknya, mengelus elus paha mulusnya. Sarah hanya menarik nafas panjang sambil menatap pria itu, dan seperti sebelumnya sambil menyentuh Sarah pandangan pria itu masih terarah pada layar. Sarah mengerang tertahan saat sentuhan pria itu tiba di bagian sensitifnya, jari jari pra itu bergerak menggeliitk dengan gerakan putaran, tanpa sadar Sarah semakin melebarkan kakinya.

Cerita Dewasa : Sarah semakin terangsang dengan sentuhan erotis pria itu, vaginanya sudah mulai basah. bahkan dalam diri Sarah ingin membalas perlakuan pria itu, dan menyetuh penisnya, ia seolah ingin penis pria itu masuk ke mulutnya.

Sarah memandang pria itu, yg ternyata juga sedang memandangi Sarah. Mereka berdua saling berpandangan cukup lama, sampai akhirnya pria itu tersenyum dan bangkit sambil menarik tangan Sarah unutk ikut dengannya, Sarah sendiri dengan patuh ikut dengannya.

Dengan berdebar debar penuh gairah, Sarah mengikuti pria itu dan masuk ke toilet wanita, saat itu toilet sedang kosong. Setelah mengunci pintu, mereka berciuman dengan ganasnya seolah mereka sepasang kekasih yg telah lama tidak bertemu. Pria itu menarik pinggang Sarah dan merangkul erat tubuh molek gadis itu, Sarah bisa merasakan tonjolan penis pria itu menyentuhnya. Ciuman mereka semakin ganas, lidah merak saling menyapu, pandangan mata mereka memancarkan gairah yg tak tertahankan. Sambil terus berciuman, tangan pria itu beraksi di balik tank top Sarah, dan meremas remas nya sedikit keras, sampai akhirnya pria itu melepas tank top itu. Pria itu menggemgam bulatan buah dada Sarah, menurunkan kepalanya dan mulai menjliati buah dada yg indah itu. Ia menjilati puting Sarah dengan ujung lidah, meniupnya pelan, membuat Sarah bergidik dan geli, dilanjutkan dengan mengulum dan menyedot buah dada itu, lidahnya bergerak gerak memutar, membuat Sarah merintih nikmat, meresapi sensasi sensual ini.

Sarah kemudian menurunkan tubuhnya membuka kancing celana pria itu dan menurunkannya. Pria itu hanya tersenyum menatap Sarah, saat Sarah juga menurunkan celana dalam yg mengurung penisnya. Tak membuang waktu, Sarah menggengam penis itu ,menjliati dan mengulumnya sehingga makin mengeras. Sarah bisa merasakan denyutan penis itu saat beraksi dengan jilatannya. Ujung kepala penis itu Sarah jilati memutar dengan lidahnya lalu kemudian dikulumnya beberapa saat dan diulang kembali, terus sampai Sarah semakin kuat menyedotnya. nafas pria itu terdengar semakin berat menahan birahi.

Denyutan penis itu dirasakan Sarah semakin kentara saat tak lama kemudian memuntahkan isinya, langsung masuk ke tenggorokan Sarah. Semburan spermanya ternyata cukup banyak ,Sarah tak mampu menelan semuanya, sebagian menetes diantara bibirnya yg manis. tanpa merasa jijik Sarah menelan cairan asin itu dan menjilati sisa sia yg menempel di penis pria itu. “giliran saya…” kata pria itu sambil mendorong Sarah ke dinding.

Pria itu melepaskan rok mini Sarah dan tentu saja bersama dalamannya. Pria itu menciumi pangkal paha Sarah, menjilatinya, memainkan lidahnya di bibir vagina dan clitnya membuat Sarah tersiksa oleh kenikmatan. Jilatan lembut pria itu diselingi dengan sedotan sedotan yg membuat Sarah makin menggelinjang tak tertahankan, mengetahui Sarah sudah terangsang tak tertahankan. pria itu berdiri dan tanpa basi basi langsung menusuk vagina itu dengan penisnya.

“aaaauhhhhhwhw….” Sarah mengerang saat penis itu menerobos masuk ,untuk memudahkan pria itu menagngkat kedua kaki Sarah dan kemudian mulai mendorong dorong keras penisnya masuk semakin dalam. Sarah tak bisa menahan erangannnya, mulutnya terus merintih dan mengerang menikmati serangan demi serangan.

tiba tiba si pria mencabut kembali penisnya, membalikan tubuh Sarah, sedikit dibungkukkan dan menembusnya kembali dari belakang. Sarah kemudian menyadari dalam posisi seperti ini, ia tak mungkin mencapai orgasme, maka ia memaksa pria itu mencabut kembli penisnya, medorongnya duduk di toilet, dan Sarah naik ke atasnya. Sarah mencari posisi yg tepat ,, hingga penis pria itu kembali menembusnya .

posisi seperti itu ternyata menguntungkan juga bbagi pria itu, ia bbisa meremas buah dada yg menggemaskan itu. setiap Sarah bergerak buah dadanya turut bergoyang menggoda. Butuh waktu yg agak lama sampai akhirnya mereka mencapai puncak dari kenikmatan permainan mereka.

Setelah puas mereka kembali berpakaian dan secara terpisah kembali ke tempat duduk masing masing, dan saat film usai. si pria asing itu tersenyum pada Sarah dan menjatuhkan sebuah kartu nama pada pangkuan Sarah.

Agen Poker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia

Acehpoker Hadir Untuk Anda Semua Pecinta Permainan Kartu POKER ONLINE Yang Khususnya Berada DiAsia
Dengan System Teknologi Baru & Server Kecepatan Max Akan Membuat Permainan Anda Lebih Seru
Bonus 10.000
Anda Bisa Langsung Daftar Disini


Monday 22 February 2016

Wanita-wanita Muda Penggoda Pria

Foto Cewek Buka Baju, 


Jika seorang cowok melihat foto cewek cantik yang tidak full bugil itu akan dibuat penasaran, rasa geregetan ingin tahu bagaimanasih jika nampak seluruhnya. Apakah cewek yang berparas cantik ini berbadan montok, berkulit mulus bening, atau memiliki body segar yang enak dipandang mata?

Koleksi foto Wanita muda penggoda yang memiliki toket montok ini adalah cewek amoy, namun banyak lagi foto hot lainnya yang ada disini. Cewek yang menggoda yang genit ini bisanya orang menjulukinya dengan cewek bispak, cewek bispak pun jika di kaitkan bisa juga dengan sebutan sejenis diantaranya cewek kimcil, ABG IGO, dan cewek cute. Namun yang paling banyak hadir selain cewek indo, adalah cewek asian yang reting tertingginya adalah cewek JAV.

Rasa penasaran ada akan hilang setelah melihat foto bugil telanjang dada setelah dibuka bajunya, oya boss,,, lihat juga yang katagori foto-foto lainnya yang lebih hot, lebih heboh yang bisa bikin kalian betah nongkrong disini gann,,. beberapa diataranya foto terhot, terseksi, termontok, terbohay, tergenit, dan terbaru.


Agen Poker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia
Acehpoker Hadir Untuk Anda Semua Pecinta Permainan Kartu POKER ONLINE Yang Khususnya Berada DiAsia
Dengan System Teknologi Baru & Server Kecepatan Max Akan Membuat Permainan Anda Lebih Seru
Anda Bisa Langsung Daftar Disini


Cewek Cantik Berkulit Putih Mulus

Foto Bugil Cewek Cantik Habis Mandi,


Cewek cantik berkulit putih mulus ini lagi asyik mandi telanjang bulat dengan payudara montok serta memek tembem terlihat jelas. Ternyata cewek bugil ini tak sadar kalau dirinya sedang mandi di foto sama temennya.

Berikut di bawah ini Foto Bugil Cewek Cantik Habis Mandi terlihat jelas payudara montok dan memek tembem berjembut tebal.


Agen Poker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia
Acehpoker Hadir Untuk Anda Semua Pecinta Permainan Kartu POKER ONLINE Yang Khususnya Berada DiAsia
Dengan System Teknologi Baru & Server Kecepatan Max Akan Membuat Permainan Anda Lebih Seru
Anda Bisa Langsung Daftar Disini


Si Janda Kaya

Agen Poker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia
Acehpoker Hadir Untuk Anda Semua Pecinta Permainan Kartu POKER ONLINE Yang Khususnya Berada DiAsia
Dengan System Teknologi Baru & Server Kecepatan Max Akan Membuat Permainan Anda Lebih Seru
Bonus 10.000
Anda Bisa Langsung Daftar Disini


Body aduhai(BOHAY) yang di miliki tante Kristy (nama panggilan samaran}, jika di amati diaberkulit mulus, berparas cantik, payudara ranum (belum kendor) bulu memek terawat rapi, dan pemiliki beberapa lestoran terkenal di ibu kota ini apasih yang kurang ?

Sekarang statusnya janda, usia 30 th, namun dia belum niat untuk menikah lagi. Sekarang dia lebih suka main-main sama berondong yang berwajah ganteng dengan ukuran penis sedang namun kuat dan lama dalam percintaan di atas ranjang. Pokoknya banyak berondong yang antri gan,,,,





Sunday 21 February 2016

Sering Ketagihan Minta Bersetubuh

Agen Poker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia
Acehpoker Hadir Untuk Anda Semua Pecinta Permainan Kartu POKER ONLINE Yang Khususnya Berada DiAsia
Dengan System Teknologi Baru & Server Kecepatan Max Akan Membuat Permainan Anda Lebih Seru
Bonus 10.000
Anda Bisa Langsung Daftar Disini


Dulu aku punya teman semasa duduk di SD, namanya Tina Maharani. Sebenarnya anaknya cukup manis dengan tubuh mungil, namun centilnya minta ampun. Ia pindah ke sekolahku saat aku duduk di kelas 5.Sejak pertama bertemu aku memang kurang suka kepadanya karena kecentilannya itu. Sewaktu melanjutkan sekolah di SMP dan SMA kami berpisah. Namun sikapku terhadapnya tidak berubah. Aku tetap saja tidak suka kepadanya. Apalagi ketika SMA, aku merasa pergaulannya tidak baik. Tapi itu dulu, kalau sekarang tentu lain cerita. Sampai ketika aku melanjutkan kuliah dan saat libur semester aku pulang kampung. Malamnya aku nongkrong dengan teman masa kecilku di sebuah warung gado-gado. Tinapun ada di sana sambil berbisik-bisik genit. Ia tiba-tiba duduk di sebelahku. “Hai Anto, apa kabar? Kelihatan gemuk sekarang deh,” katanya sok akrab. Aku menjawab sekenanya saja, masih belum ada interestku kepadanya. Namun ia tidak menyerah dan bertubi-tubi bertanya tentang keadaan diriku sekarang ini.

Akhirnya aku yang menyerah dan meladeni pertanyaannya. Ternyata sebenarnya asyik juga anak ini sekarang. Hanya mungkin image yang tertanam sejak kecil membuatku mengambil jarak terhadapnya. Ia perlahan merapatkan duduknya ke arahku tanpa menarik perhatian orang lainnya. Ketika warung mulai sepi, maka tangannya mulai nakal mengusap pahaku dan memainkan bulu kakiku. Tentu saja penisku langsung berontak, membesar di balik celana pendekku. Ia tersenyum melihat bagian depan celanaku yang sedikit menggembung. Tak lama kemudian ia pulang karena sudah malam..


Akupun pulang dengan penis yang mengembang karena elusan tangan Tina di pahaku tadi. Karena tensi sudah terlanjur naik ke ubun-ubun, maka malam itu kusemprotkan sperma dengan bantuan tanganku.
Malam-malam berikutnya aku jadi rajin ke warung gado-gado untuk nongkrong dan menikmati elusan Tina di pahaku. Suatu ketika Tina pulang dan minta kuantarkan. Aku tentu saja dengan senang hati mengantarnya pulang. Sampai di rumahnya disuruhnya aku masuk dulu dan duduk di ruang tamu. Ruang tamunya kelihatan sepi, tapi dari arah ruangan dalam kudengar pelan suara TV. Tak tama kemudian Tina keluar lagi dan kami ngobrol sampai lama. Aku sudah mulai mengantuk dan beberapa kali menguap. Tian kemudian membuatkanku segelas kopi. Sambil menunggu kopi agak dingin kami kembali ngobrol. Ia duduk di depanku hanya memakai celana pendek dan kaus oblong.

Tangannya mulai iseng mengusap lututku. Dengan refleks kutangkap tangannya dan kutarik ke arahku. Ia tidak melawan tarikan tanganku dan akibatnya sebentar kemudian ia sudah duduk dipangkuanku dan bibirku langsung melumat bibirnya. Ia terkejut sebentar, namun kemudian membalas lumatanku dengan ganas. Beberapa detik ia masih duduk dipangkuanku dan kami berciuman. Kurasakan ia tidak memakai BH. Aku terangsang dan napasku menjadi berat. Mendadak kami sadar dengan keadaan kami. Ia melepaskan pelukanku dan kembali duduk di tempatnya semula. Suasana menjadi kaku. Kami berdua sama-sama merasa kikuk dengan apa yang telah kami perbuat baru saja. Begitu kopi habis, maka aku segera berpamitan pulang. Ia mengantarku sampai ke sudut rumahnya. Di sana kupeluk dan kucium lagi bibirnya. Sekitar lima menit kami masih berpelukan di sana. Untung lampu di sudut rumahnya putus sehingga kami leluasa bercumbu di sana.

Akupun pulang dengan tersenyum. Kembali sampai di rumah dengan bantuan tangan kukeluarkan lagi sperma sedari tadi yang sudah sampai di ujung penisku. Kubayangkan Tina di bawahku sedang memekik-mekik menerima penisku. Tiga malam berikutnya kami selalu bercumbu di sudut rumahnya. Ia mulai berani mengusap bulu dadaku dan menciumi putingku. Akibatnya tiap malam sepulang dari rumahnya spermaku kumuntahkan. Malam terakhir kami bercumbu lagi. Ia merebahkan badannya melintang telentang di atas kedua pahaku. Kubuka kancing kemejanya dan seperti biasa ia tidak memakai BH. Kuisap putingnya yang kecil berwarna kemerahan itu. Tanganku menggesek bagian depan celana dalamnya. Kepalanya sudah mendongak pasrah, giginya menggigit bibir dan mengeluarkan desahan lirih yang sangat menggoda. Kubisikkan, “Kamu mau ini kita lanjutkan?” “Kalau kamu mau kita lakukan di belakang rumah saja. Sepi dan gelap di sana,” katanya. Tiba-tiba saja aku bisa menguasai diri dan berkata,”Tidak Tin. Cukup sudah sampai di sini. Aku tidak mau menanggung resikonya”.

Akhirnya aku pulang.

Setelah kejadian itu maka setiap libur semester aku pulang kampung dan tak lupa lupa bercumbu dengannya. Meskipun aku sebenarnya sudah berpengalaman (setelah diajari Ibu Heni, alias Hanny), namun dengan Tina paling jauh hanya sebatas petting. Sebenarnya kalau aku mengendaki lebih jauh Tina mau saja, karena iapun sudah sering melakukannya dengan orang lain. Ia pernah mengajaknya bersetubuh. Kukatakan kalau akupun mau dengan syarat pakai kondom. Ia menolaknya. Sampai suatu ketika kudengar kabar kalau ia menikah dengan seorang PNS. Selentingan yang beredar suaminya itu hanyalah korban dari permainannya. Sebenarnya banyak yang sudah mencicipi tubuhnya tetapi si PNS tersebut yang masuk terjebak dalam perangkapnya.


Waktupun berlalu dan aku sudah lulus dan bekerja di Jakarta. Ketika ada libur tiga hari berturut-turut aku pulang. Aku berjalan-jalan dan tak terasa lewat di samping rumahnya. Kulihat ia ada di teras dan melihatku serta menyuruhku mampir ke rumahnya. Kami duduk di teras sambil bercerita. “Mana suamimu?” tanyaku. “Nggak ada. Dia jarang pulang ke sini. Ia lebih banyak di kantor dan pulang ke rumah istri tuanya,” katanya. Ternyata suaminya terkena kasus indisipliner dan sekarang disuruh untuk menjadi sopir atasannya. Aku baru tahu kalau Tina menjadi istri muda. Ia mengingatkanku tentang apa yang dulu kami lakukan. Akupun mulai terangsang ketika dengan genit ia menceritakan kembali peristiwa beberapa tahun yang lalu. “Kamu benar-benar mau? Kalau mau sejam lagi kita ketemu di terminal dan check in ke luar kota!” kataku. Kulihat matahari masih berada di atas kepalaku, berarti sekitar tengah hari.

Akhirnya kamipun bertemu di terminal dan meluncur ke luar kota untuk mencari tempat menyalurkan hasrat kami. Di dalam bis sepanjang jalan ia terus mengusap pahaku dan sekali-sekali mencengkeram lulutku dengan kukunya. Aku menjadi terangsang sekali dengan ulahnya. Kubalas dengan menekan sikuku ke dadanya dan kuputar-putarkan. Kami saling merangsang dengan cara kami. “Aku mau nanti kita main dengan posisi nungging dan 69,” kataku menggodanya. Ia mencubitku lalu berkata,”Kita lihat saja nanti”. “Kamu masih ikut KB?” kataku lagi. “Nggak, untuk apa. Dia belum tentu sebulan datang tidur di rumah”. Dua jam kemudian kami sampai di kota tujuan kami. Turun dari bis aku langsung masuk ke apotik di depan terminal bis. “Ngapain ke apotik?” tanyanya. “Hussh. Untuk pengamanan, kamu kan tidak ikut KB,” kataku. Sambil berjalan mencari hotel terdekat, para tukang becak di depan terminal berlomba-lomba menawarkan diri. “Mari Pak, saya antar ke tempat yang bersih dan murah”.

Mereka ini langsung tahu saja. Aku jadi berpikir apakah kami ini kelihatan sekali sebagai pasangan selingkuh yang sedang mencari tempat berkencan. Akhirnya kami mendapatkan sebuah hotel tidak jauh dari terminal. Kamarnya cukup bersih dengan satu ranjang king size. AC kamar kunyalakan dan udara dingin mulai menyebar di dalam kamar ini. Karena perjalanan tadi cukup jauh maka tubuh kami rasanya lengket dengan debu bercampur keringat. Kuajak Tina untuk mandi bersama. Ia menolak dan menyuruhku mandi duluan. Aku melepas semua pakaianku di depannya dan masuk ke kamar mandi. Aku belum selesai mandi Tina menyusulku ke kamar mandi dengan berbalut handuk sebatas dada. Segera kutarik handuk yang melilit tubuhnya dan segera bibirku menyerang bibirnya dengan gencar. Ia membalas dengan ganas.
“Hmmhh. Masih pintar juga kamu bersilat lidah,” godaku. “Heehh. Kan kamu juga dulu yang ngajarin”. “Susumu masih kencang seperti dulu. Tapi sekarang agak lebih besar,” kataku setelah meremas payudaranya dan mengecup putingnya. Sambil mandi kami masih terus berciuman. Ketika aku akan berbuat lebih jauh lagi ia mendorongku. “Nanti saja di ranjang. Kalau sudah selesai, sana ke kamar duluan,” katanya.

Aku mengeringkan tubuhku dan langsung berbaring di atas ranjang. Udara kamar terasa dingin. Aku menarik selimut dan menutupi badanku sampai ke dada. Tak lama kemudian Tina pun menyusulku masuk ke bawah selimut. Ia berbaring menyamping di sebelahku dan tangannya mengusap bulu dada dan menggelitik putingku. Penisku yang sudah lama menantikan saat ini segera saja langsung berdiri. Kubuka selimut yang menutup tubuh kami, dan kutindih tubuh mungilnya. Tina membuka lebar kedua kakinya sehingga penisku bisa menggesek rambut kemaluan di selangkangannya. Mulutnya setengah terbuka menantikan serangan bibirku. Belum lagi bibirku menempel di bibirnya, kepalanya sudah naik menyambut serangan bibirku. Kami saling menikmati rujak bibir ini beberapa saat. Sementara itu penisku sudah tak sabar ingin segera melakukan penyerangan. Sejak di perjalanan tadi Tina tak hentinya merangsangku di bagian paha dan lutut. “Tidak disangka. Dari dulu sudah mengarah namun baru kali ini kita bisa kenthu, bercinta,” desahnya. Kenthu adalah bahasa slank di daerah Jawa untuk bersetubuh. “Tin, doggy dan 69-nya nanti saja ya. Kita nikmati dulu babak pertama dengan cepat!” bisikku. “Ihh.. sudah nggak sabar lagi ya,” katanya sambil mencium telinga, leherku dan kemudian singgah di putingku. “Habisnya, sejak di bis tadi kamu sudah membuatku kepanasan”.

Kuraih kotak kondom yang sudah kusiapkan, kubuka dan dengan cepat kupasang pada penisku yang sudah tegak menantang. Kutindih lagi tubuhnya dan kubuka kakinya lebar-lebar. Kuarahkan penisku untuk menembus vaginanya. Rasanya sulit sekali untuk menembus liang vaginanya. Penisku sepertinya kehilangan arah untuk menemukan jalan masuk liang kenikmatannya. Padahal dengan memakai kondom, kuharap permukaan kondom yang licin akan mempermudah pekerjaanku. Ia semakin melebarkan kakinya dan tangannya membantu penisku menemukan lubang vaginanya. “Dorong To.. Yaahkk.. Tekan.. Tekan kuat”. Kudorong degan kuat dan peniskupun meluncur dengan mulus di lorong vaginanya. Meskipun memakai kondom, namun desakan dan gesekan dinding vagianya masih dapat kurasakan. “Tin.. Ouhh nikmat Tin..” aku mendesis. “Kamu tidak mau dikasih enak dari dulu,” ia menjawab dengan napas memburu. Mukanya kelihatan memerah dadu. Aku merasa bahwa ronde ini akan berlangsung dengan cepat, maka kubisikkan lagi untuk memastikan supaya ia juga bermain dengan cepat. “Kita main cepat Tin. Rasanya aku sudah tak tahan lagi”. Tina menganggukan kepalanya. “Aku akan mengimbangimu. Akupun rasanya ingin segera menikmati ledakan kenikmatan itu”. Aku segera menggenjotnya dengan tempo sedang dan semakin lama semakin cepat. Ia mengimbanginya dengan menggerakkan pinggulnya.

Sementara itu mulut kami saling berpagut dan melumat sampai menibulkan bunyi kecipak yang cukup keras. Kadang juga kusedot putingnya dengan kerasdan ia menggelitik lubang telingaku dengan lidahnya. Ketika ia menjilati putingku, kubalas sama dengan perlakuannya tadi padaku. Kugelitikin lubang telinganya dan kuhembuskan napasku yang memburu di sana. Gairah kami semakin memuncak dan gerakan kami semakin cepat dan liar. Aku tak mau menahan lebih lama lagi. Ketika kulihat mulut Tina terbuka seperti mulut ikan yang kekurangan air akupun tahu sebentar lagi ia juga akan sampai ke puncak. “Hah.. Hh.. Hh.. Huuhh.. Ouhh Tina nikmat sekali milikmu,” kataku terengah-engah. “To.. Ayo lebih cepat lagi To..”

Genjotan demi genjotan, desah napas yang semakin memburu bercampur dengan keringat yang menitik akhirnya membawaku untuk segera mencapai puncak kenikmatan. Erangan kami saling bersahutan memenuhi seluruh sudut kamar. “Tina.. Tin.. Ahhk sekarang..” “Ouhhkk To.. Lakukan.. Ayo tekan sekuatnya” Kepalanya mendongak dan tangannya meremas rambutku. Kupeluk pinggangnya dan kuangkat ketika aku dengan cepat menghentakkan serangan terakhirku. “Akhh.. Yeahh.. Arrghkk.. Ouhh”. Ia melenguh panjang ketika lahar kepuasanku menyemprot keluar. Dinding vaginanya berdenyut menyedot penisku. Matanya terpejam dan remasan tangannya pada rambutku semakin kuat. Aku terkapar lemas di atas tubuhnya dengan tubuh basah oleh keringat dan napas yang seakan-akan mau putus. Ketika penisku akan kutarik ia menahan pinggangku dan memberikan sebuah denyutan kuat di vaginanya. Aku kembali tersentak dan mengejang merasakan remasan dinding vaginanya.

Setelah membersihkan diri kami berbaring dan rasanya badanku lelah sekali setelah menyelesaikan ronde ini. Kukatakan padanya, “Sorry Tin, rasanya aku capek sekali. Aku mau tidur dulu sebentar untuk memulihkan tenagaku. Bukankan nanti masih ada babak berikutnya?” Ia mencubit pinggangku dan aku mulai memejamkan mata. Kurasakan tangan Tina memeluk dan mengusap pinggangku. Kurang lebih sejam kami tertidur. Aku bangun dan merasakan badanku mulai segar kembali. Kulihat Tina masih memejamkan mata dengan tarikan napas teratur. Kuberikan usapan dengan ujung jariku mulai dari tengkuk hingga belahan pantatnya. Tina tersadar dan menggeliat. “Uppss.. Mulai nakal ya. Sekali dikasih maunya nambah terus. Kenapa sih dari dulu nggak mau?” “Aku nggak siap mental waktu itu?” kataku.”Dulupun kalau kita bercinta dengan memakai sarung karet pengaman tentu saja aku mau. Buktinya suamimu sekarang terjebak dalam permainanmu,” kataku lagi dalam hati.

Ujung jariku masih melakukan gerakan memutar di punggungnya. Ia membalas dengan melakukan sentuhan ringan di pinggangku dan turun ke buah zakarku. Penisku perlahan mulai mengeras seiring dengan naiknya gairahku. Aku bergerak sehingga posisi dadanya sekarang di depan mulutku. Putingnya yang kecil berwarna coklat kemerahan digesekkannya di ujung hidungku dan segera kutangkap dengan bibirku. Mulutku bergerak ke bawah perutnya, ia membuka pahanya agar memudahkan aksiku. Aku menggesekkan hidungku ke bibir vaginanya. “Lakukan To.. Teruskan. Ahkk!!” Ia menghentakkan kepalanya dengan keras ke atas bantal meluapkan kekecewaannya. “Belum Tin.. Nanti pasti kulakukan”. Aku belum ingin melakukannya sekarang, hanya sekedar memberikan fantasi dan membuatnya penasaran. Kepalaku kembali bergerak ke atas dan menciumi sekujur dadanya. Tangannya berada di atas kepala sambil meremas ujung bantal.

Kami berguling sedikit dan sebentar kemudian ia sudah berada di atasku. Bibirnya dengan lincah menyusuri wajah, bibir, leher dan dadakuku. Tina mendorong lidahnya jauh ke dalam mulutku, kemudian menggelitik dan memilin lidahku. Kubiarkan Tina yang mengambil kendali penyerangan. Sesekali lidahku membalas mendorong lidahnya. Kujepit putingnya dengan jariku sampai kelihatan menonjol kemudian kukulum dan kujilati dengan lembut. “Auhh, Ayolah Anto.. Teruskan.. Lagi,” ia merintih pelan. Kemaluanku mulai menegang dan mengeras. Kukulum payudaranya semuanya masuk ke dalam mulutku, kuhisap dengan kuat, dan putingnya kumainkan dengan lidahku. Napas kami memburu dengan cepat dan badan kami mulai hangat oleh darah yang mengalir deras. “Ayo puaskan aku sayang.. Ahh.. Auuh!” Tina mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya. Tangan kiriku mulai menjalar di pangkal pahanya, kumasukkan jari tengahku ke belahan di celah selangkangannya dan kugesek-gesekkan ke bagian atas depan vaginanya. “Ahh.. Kamu pandai sekali”. Sementara itu tangan kananku meremas buah dadanya dengan lembut. Tangannya membalas dengan memegang, meremas dan mengocok penisku. Dengan liar kuciumi seluruh bagian tubuhnya yang dapat kujangkau dengan bibirku. Beberapa saat kemudian penisku mengeras maksimal. Kepalanya memerah dan berdenyut-denyut.

Jari tengah kiriku kugerakkan lebih cepat dan tubuhnya kemudian berputar-putar menahan rasa nikmat. Pinggulnya naik dan bergoyang-goyang. Kupelintir puting payudara kirinya dan dan mulutku menjilati puting kanannya. Sementara itu jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat dan liar gerakan pinggulnya. Kepalaku bergerak turun perlahan sampai di selangkangannya dan segera mengambil alih pekerjaan jariku. Kubuka bibir vaginanya dengan jariku dan dinding vaginanya yang mulai basah oleh lendir agak kental dan lengket segera kujilati. Bibir vaginanya kugaruk dengan kumisku. Ia menggelinjang tidak karuan. “To.. Anto.. Aku juga mau merasakan penismu,”

Aku bergerak memutar sehingga penisku berada di depan mulutnya. Ia kemudian mengecup kepala penisku. Lidahnya membelah masuk ke lubang kencingku. Aku merasakan sensasi kenikmatan yang tidak terkira dan secara refleks aku mengencangkan otot kemaluanku. Buah zakar yang menggantung di bawahnya kemudian diisapnya dan dijilatinya sampai titik Kundaliniku. Aku hanya menahan napasku setiap ia menjilati titik sensitif ini. Kami seakan berlomba untuk memberikan rangsangan pada alat kelamin. Kami bergantian menikmatinya. Ketika ia mengulum, mengisap dan menjilat penisku aku menghentikan aksi lidahku dan menikmatinya demikian juga sebaliknya ketika klitorisnya kujilat dan kutekan dengan lidahku ia berdesis keras menahan rasa nikmat. Tangannya kadang menekan kepalaku dengan keras ke selangkangannya. “Putar To. Berguling, aku ingin di atas,” pintanya dengan manja. Aku berguling dan kembali kami melanjutkan aktivitas kami. Kini mulutnya dengan leluasa beraksi di penis dan area sekitar pangkal pahaku. Penisku sudah mulai terasa ngilu menahan sedotan mulutnya yang sangat kuat. “Tina, ayo kita masuk dalam permainan berikutnya..”

Kembali kuambil kondom dan Tina membantu tanganku memasang dengan baik pada penisku yang sudah berdiri keras. Dengan gerakan perlahan Tina berjongkok di atas selangkanganku dan mulai menurunkan pantatnya. Sebentar kemudian dengan mudah aku sudah menembus guanya yang hangat dan lembab. Kembali kurasakan sempitnya alur vaginanya. Pinggulnya bergerak naik turun dan aku mengimbanginya dengan memutar pinggul dan menaik turunkan pantat. Kakinya menjepit pahaku dan kadang dikangkangkan lebar-lebar. Kuciumi bahu dan dadanya. Beberapa kali kugigit sampai meninggalkan bekas kemerahan. Tangannya menekan dadaku sekaligus menahan berat badannya. Gerakan pinggulnya berubah menjadi berputar cepat dan semakin cepat lagi. Tak lama kemudian ia merebahkan tubuhnya merapat di atasku dan mulai menghujaniku dengan ciuman dan gigitan. Kini dadaku yang berbekas kemerahan di beberapa tempat.

Aku mengambil posisi duduk dan kubalikkan tubuhnya ke arah berlawanan dengan arah kepalaku tadi. Kini aku berada di atasnya. Jepitan dan sempitnya vagina membuatku kadang melambatkan tempo dan berdiam untuk lebih rileks. Namun ketika aku diam jepitan dinding vaginanya ditingkatkan sehingga aku tetap saja didera oleh rasa nikmat luar biasa. Kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya. “Sekarang doggy Tin,” bisikku. Ia mengerti maksudku. Segera ia menaikkan pantatnya yang bulat dan masih kencang. Kuposisikan diriku di belakang pantatnya dengan berdiri pada lututku. Diraihnya penisku dan segera diarahkan untuk masuk ke dalam vaginanya kembali. Kuterjang vaginanya dengan gerakan lembut. Tanganku memegang pantatnya dan membantu menggerakkan pantatnya maju mundur. Ia mulai menggelinjang dan mengejang tertahan, kedua tangannya mencengkeram dan meremas sprei. Kepalanya ditekankan ke atas bantal. “Ouhh.. Sudah To.. Aku tak kuat..” ia merintih ketika pantatku kugerakkan kebelakang sampai penisku hampir terlepas dan kumajukan dengan cepat. Kuulangi beberapa kali lagi dan iapun menekankan kepalanya miring di atas bantal. “To.. Kita kembali posisi.. Kita.. Aku..” ia menjerit dengan kata-kata yang tidak jelas. Ia menginginkanku kembali dalam posisi konvensional.

Kembali kucabut penisku dan segera kurebahkan kembali dalam posisi konvensional. Aku merasa ia ingin segera mengakhiri babak kedua ini. Vaginanya kugenjot semakin cepat dan kuangkat kaki kirinya dan melipatnya sampai lututnya menempel di perutnya. Aku setengah berdiri di atas lututku. Dengan satu kaki terangkat dan satu lagi dikangkangkannya lebar-lebar ia semakin meracau tidak jelas, “Ouahh..Hhuuhh!”.Dinding vaginanya mulai berdenyut dan akupun sudah mencapai titik ideal untuk mencapai garis finish. Kakinya yang tadi kulipat kukembalikan lagi dan segera kedua pahanya menjepit pinggangku. “Sekarang Tina.. Uuughh,” aku menggeram keras. Pinggulnya naik menjemput kejantananku. Kutekankan kejantananku dalam-dalam di vaginanya. “Ouhh Anto.. Aaiihh!” iapun memekik kecil.

Jepitan kakinya semakin ketat dan denyutan di vaginanya terasa meremas penisku. Ditekannya pantatku ke bawah dengan betisnya. Setelah beberapa saat kami sama-sama terkulai lemas Udara sejuk dari AC sangat membantu kami untuk beristirahat dan memulihkan tenaga. Tina masih mengusap dan mempermainkan bulu dadaku. Ia berbaring miring di sebelahku dengan sebelah kakinya ditumpangkan di atas kakiku. Kupeluk tubuhnya dan kuusap-usap dengan lembut.”Aku masih ingin bersamamu sekali lagi untuk berbagi kenikmatan,” katanya sambil mengecup lenganku.

Setelah beberapa saat kemudian, maka napas dan detak jantung kamipun kembali normal dan kami tidur berpelukan. Ketika kulihat keluar dari lubang ventilasi di atas pintu langit sudah tampak gelap. Kuajak Tina untuk makan malam. Kami keluar dari hotel dan makan di rumah makan terdekat. Aku memesan sate yang dibakar setengah matang dan gulai kambing sementara Tina memesan soto ayam. Setelah makan kuajak Tina untuk kembali ke hotel. Begitu kamar terkunci Tina langsung memelukku dan menyerbuku dengan ganas. Kulucuti pakaiannya satu persatu dan setelah itu ia gantian melucuti pakaianku. “Mandi dulu Tin biar segar,” kataku. “Enggh.. Nggak usah To, nanti saja sekalian”. Kuangkat tubuhnya yang mungil dan kubawa ke kamar mandi. Ia meronta-ronta, namun tidak dapat melepaskan diri dariku. Di bawah segarnya guyuran air hangat dari shower terasa badanku menjadi lebih segar.Tanpa mengenakan apa-apa lagi kubawa Tina kembali lagi ke ranjang. Ia sudah merengek genit minta untuk masuk babak berikutnya. Aku masih menatap dan menikmati pemandangan indah di depanku. Tina yang sedang dalam keadaan telanjang terlentang mengangkang di atas ranjang. Rambut hitam tipis menghiasi celah pahanya.

Kutarik kakinya sampai melewati tepi ranjang dan dalam posisi membungkuk aku segera menghisap dan mencium vaginanya. “69 lagi To. Aku masih ingin bermain dengan penismu,” rengeknya. Kuikuti kemauannya dan kini kembali kami bermain dalam posisi 69 sampai ia benar-benar puas memberi dan menerima rangsanganku. Aku berjongkok di depannya. Jari tengah dan Ibu jariku membuka vaginanya. Dengan penuh nafsu, aku menciumi kemaluannya dan kujilati seluruh bibir luar dan sampai bibir dalamnya. “Oh.., teruss.. An.. To.. Aduhh.. Nikmat..”. Aku terus mempermainkan klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah. Seperti orang yang sedang berciuman, bibirku merapat di belahan vaginanya dan lidahku terus berputar-putar di dalamnya. “Anto.., oh.., teruss sayamgg.. Oh.. Hh!!”. Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuat gairahku berkobar. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikan aksi lidahku. “ooh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..”, teriakannya semakin merintih.

Ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari dinding vaginanya semakin membanjir. Vaginanya sudah basah terkena ludah bercampur lendirnya. Aku jilat lagi, terasa sedikit asin dan beraroma segar yang khas. “Sudah Anto.. Sudah.. Ayo kita..!!” Kulepaskan mulutku dari selangkangannya dan aku berbaring di sampingnya. Ia naik ke atas tubuhku dan menciumi bibir dan telingaku. Mulutku menghisap kedua payudaranya, kugigit putingnya bergantian. Ia hanya melenguh panjang dan gairah kami berduapun semakin memuncak.

Tangannya menyusup di sela pahaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok penisku. Pantatku sesekali kunaikkan dan menahan napas. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya. Napasnya dihembuskan dengan kuat ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku kemudian menjalar sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai kenikmatan. Kupeluk dan kuusap pungungnya dengan lembut dari leher sampai pantatnya. Ketika sampai di pantatnya kuremas bongkahan pantatnya dengan gemas. Tangan kiriku dibawanya ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk, mengusap dan menekan bagian depan dinding vaginanya dan bersama Ibu jari menjepit dan memilin sebuah tonjolan daging sebesar kacang. Setiapkali aku mengusap dan memilinnya Tina mendesis keras seperti orang yang kepedasan “SShh.. Ouhh.. Sshhss”

Tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara merintih. “SShh hhiihh.. Sshh.. Ngghh.. Ayo To.. Antokhh”. Perlahan lahan diturunkankan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah mulai lembab karena cairan dinding vaginanya. Aku tersadar belum mengenakan kondom. Kudorong badannya perlahan dan kubisikkan, “Kondom..”. Kuambil kondom yang tinggal satu dan mulai menyobek bungkusnya. Namun sebelum kupasang ia merebutnya dan membuangnya jauh ke sudut kamar. Kutatap mukanya, ia balas menatapku lembut dan berbisik,”Kali ini aku ingin naturally”. “Tapi..” Aku tak sempat melanjutkan kata-kataku karena dia telah menyumbat mulutku dengan bibirnya. Tangannya kembali meremas dan mengocok penisku sampai membesar dengan maksimal. Dia membawa penisku untuk segera masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh bibir guanya, maka ditekannya pantatnya perlahan. Akupun menaikkan pantatku menyambutnya.

Tina merenggangkan kedua pahanya dan segera kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. “Ayolah Tina.. Tekan sekuatmu.. Dorong.. Aku akan menusuk dari bawah..!!” Tina semakin menekan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong nikmatnya yang sempit. Tanpa memakai kondom jelas sekali bahwa kenikmatan yang ia berikan jauh di atas apa yang kurasakan dalam dua babak terdahulu. “Ouhh.. Tina,” tanpa sadar aku setengah berteriak. Ditutupnya mulutku dengan telapak tangannya dan dimasukkan jarinya ke dalam mulutku. Kukulum jarinya dengan lembut.

Tina bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya maka penisku seperti disedot sebuah kompresor yang lembut. Tina mulai mempercepat gerakannya namun aku mengatur kecepatan gerakan pantatku dari bawah perlahan. Tina membuat denyutan-denyutan di dalam lubang vaginanya. “Tina.. Pelan saja. Kita nikmati babak terakhir ini” desisnku sambil mengulum payudaranya. Buah dadanya yang sedang putih mulus dengan puting yang coklat kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut payudaranya yang semakin mengeras. “Ohh.. Teruss To.. Teruss..!” desahnya. Kuhisap-hisap putingnya yang keras seperti biji kelengkeng, sementara tangan kiriku meremas pinggang dan buah pantatnya. Desahan kenikmatan semakin keras terdengar dari mulutnya.

Kemudian ciumanku beralih ke ketiaknya. Tina mengangkat lengannya untuk memberikan kesempatan padaku menciumi ketiaknya. Ia kegelian sambil mendesah, matanya terpejam dan kepalanya menengadah. “Oh.., ennaakk.., terussh..!” Rambutnya sudah awut-awutan. Ternyata, wanita bertubuh kecil ini benar-benar sangat ekspresif dalam menyalurkan gairahnya. Gairah kami semakin bergelora dan kini saatnya untukku kembali menimba kenikmatan. Kugulingkan badannya dan dengan posisi setengah kutindih ia menjilat leher kemudian dada dan putingku. Aku menumpukan berat tubuhku pada kedua lenganku. Sementara gerakan pantatku sedikit kukurangi justru Tina menggerakkan pantatnya dengan cepat.

Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Tina tersenyum. Lalu kucium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya dimasukkan ke dalam mulutku, menari dalam rongga mulutku dan menjilati langit-langit mulutku. Aku membalas dengan mengulum dan menghisap lidahnya. Kutarik biji penisku sehingga terasa semakin keras dan memanjang. Pinggulnya naik menyambut hunjamanku. Kumasukkan penisku ke dalam vaginanya sampai terasa menyentuh dinding rahimnya. “Oh.., Gimana.. Rasanya sayang.., Ouuh!!” aku berbisik. “Hhahh!! Ooh.., enakk..”. Kini Tina yang membuat gerakan peristaltik di sepanjang lorong vaginanya. Batang penisku seperti dipilin-pilin. Tina terus menggoyangkan pinggulnya. “Oh.. Tinaku.. Terus.. Sayang.. Mmhhkk..”. Pinggulku kuhujamkan lagi lebih dalam. Tina dengan gerakan pinggulnya yang naik turun dan berputar semakin menenggelamkan kontolku ke liang kenikmatannya. “Oh.. Isap dadaku.. Sayaangg, remass.. Terus.. Oh.. Uhhu..!” Erangan dan rintihan kenikmatan terus memancar dari mulutnya. “Oh.. Tina.., terus lebih cepat..”, teriakku menambah semangatnya.

Goyangan pinggulnya semakin di percepat. Tangannya memeluk erat leherku. “Ahh.. Ah.., aku.. Cepat.. Aku.. Maa.. Uuu.. Keluuaarr, .. Oh..!” ia mendesah. “Jangan.. Dulu aku masih ingin menikmatimu!” kataku terengah-engah. Aku tahu wanita ini hampir mencapai puncak kepuasan tertinggi, namun aku masih ingin menikmati tubuhnya. Kuberikan isyarat agar ia menghentikan gerakannya dulu sambil beristirahat sejenak. Kami hanya berdiam dengan saling memeluk. Kali ini tidak ada erangan atau pekikan. Yang ada hanya desisan kecil dan desahan lembut. Hanya otot kemaluan kami yang saling berkontraksi yang satu mendesak dan yang satu lagi menjepit. Rasanya penisku seperti diisap oleh sesuatu seperti lumpur hidup. Tangannya terus mengelus punggung dan pinggangku.

Setelah beberapa saat berdiam, maka dengan perlahan aku mulai menggenjotnya lagi. Aku menggenjotnya dengan pelan tujuh kali dan pada hitungan ke delapan kuhempaskan seluruh berat tubuhku di atas tubuhnya. “Hhgghhkk..”. Ia menahan napas menahan berat tubuhku. Bibirnya mengejar putingku dan mengulumnya. “Ohh.. Tina.. Geli.. Desahku lirih. Namun Tina tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum putingku kanan kiri berganti-ganti. Karena rangsangan pada putingku maka kupercepat genjotanku sehingga ia memekik-mekik kecil. “Oh.. Anto.. Nikmatnya.. Jantanku.. Kuda liarku.. Kamu..!” Ia diam hanya menunggu dan menikmati gerakanku. Beberapa saat ia hanya diam saja, seolah-olah pasrah. Aku menjadi gemas, kutarik rambutnya kebelakang. Dadanya naik dan kugigit putingnya. Kukecup gundukan payudaranya kuat sampai memerah “Ouhh.. Sakit.. Ped.. Dih. Ouhh..!”

Kurasakan aku tidak akan kuat lagi menahan desakan dalam saluran kencingku. Kutatap matanya dan kubisikkan, ” Sekarang.. Yang.. Sekarang”. Ia mengangguk lemah,” Yyachh.. Eghhkk”. Begitu semprotan pertama kurasakan sudah di ujung lubang kencingku, maka kembali kuhempaskan tubuhku ke bawah. Tina menyambutnya dengan menaikkan pinggulnya kemudian memutar dengan cepat dan kembali turun. Tangannya menjambak rambutku dan kemudian memukul-mukul punggungku. Kutarik rambutnya dan kutekan kepalaku di lehernya. “Oh.. To.. Anto.., kau begitu liar dan pintar memuaskanku.”, ujarnya. Denyutan demi denyutan berlalu dan semakin lama semakin melemah. Kukecup bibirnya dan menggelosor di sampingnya. “Kalau begini rasanya aku tidak mau pulang malam ini To” katanya mesra sambil mengusap-usap dadaku. “Jangan, nanti kamu dicari keluargamu”.

Setelah beberapa lamanya berpelukan dan beberapa kali ciuman ringan. Hembusan udara dingin dari AC kembali terasa menggigit kulitku. Jam sembilan malam kami check out dan jam sebelas kami sudah sampai di rumah. Kami turun di terminal dan naik ojek ke rumah. Ia melarangku untuk mengantarnya. “Nggak usah To, nanti nggak enak sama tetangga. Kalau aku pulang sendirian orang tidak akan curiga. Besok kamu pulang ya? Jangan lupa nanti kalau pulang kampung beritahu aku. Kita berangkat pagi-pagi agar mempunyai waktu lebih lama. Kalau perlu menginap dua atau tiga malam,” katanya sambil tersenyum. Menginap dengan Tina? Ada yang mau?

Aku Memang Telah Jadi Wanita Nakal...

Agen Poker Judi Online Terpercaya Di Seluruh Indonesia
Acehpoker Hadir Untuk Anda Semua Pecinta Permainan Kartu POKER ONLINE Yang Khususnya Berada DiAsia
Dengan System Teknologi Baru & Server Kecepatan Max Akan Membuat Permainan Anda Lebih Seru
Bonus 10.000
Anda Bisa Langsung Daftar Disini


Namaku Tina Mirabella Agustina. Usiaku 15 tahun. Aku sekolah di sebuah SMU swasta favorit di Kota Surabaya. Sudah setengah setahun ini hidupku penuh berisi dengan kesenangan-kesenangan yang liar. Seperti sering Dugem, ineks dan bahkan ketagian seks bebas. Sampai akhirnya aku terjerumus dalam ambang batas kehancuran. Terombang-ambing dalam dilema dan serba ketidak pastian. Aku merasa bingung apa yang kucari. Aku bingung harus kemana arah dan tujuan hidupku. Semua yang selama ini kulakukan tidak memberikan kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila. Siapakah aku ini? Sejujurnya aku menyesali kondisiku yang seperti ini. Keterlibatanku dgn narkoba telah membawaku ke dalam kehidupan yang kelam. Sungguh kejam! Aku jadi berangan-angan ingin kembali ke kehidupan lamaku dimana aku belum mengenal narkoba. Ketika itu begitu indah. Orang tuaku sayang padaku. Andrew pacarku dgn setia berada disisiku. Dan dia selalu datang untuk menghibur dan menemaniku. 


Aku jadi ingat pada hari-hari tertentu, teman-teman sekolahku datang main ke rumah untuk mengerjakan tugas atau hanya sekedar berkumpul. Kalau lagi ada pacarku, mereka selalu menggoda kami sebagai pasangan serasi. Padahal menurutku kami bertolak belakang. Aku pemalu dan mudah merajuk. Sedang pacarku biang kerok di sekolah dan tidak tahu malu. Aku berprestasi dalam pelajaran tapi kurang menguasai bidang olah raga. Sedangkan dia berprestasi dalam olah raga namun malas belajar. Tinggiku sedang dan badanku agak kurus. Sedangkan dia tinggi dan besar. Pokoknya beda banget. Tapi teman sekolah mengatakan kami pasangan serasi. Entah apanya yang serasi..

Aku masih ingat ketika-ketika terakhir dia meninggalkan aku untuk sekolah ke Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu adalah ketika terakhir aku bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara seperti orang bodoh. Tidak ada kata yang terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari mulutku. Orang tuanya sampai sungkan pada orang tuaku dan berusaha menghiburku dgn mengatakan bahwa Andrew akan sering pulang ke Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tak kalah dan berjanji padaku akan menyekolahkan aku ke Amerika selepas SMU. Kata orang cinta akan lebih terasa ketika terpisahkan oleh jarak. Aku tidak sabar untuk membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali menjadi pelepas dahaga bila aku rindu suaranya. Setiap malam menjelang tidur, aku melihat-lihat foto kami berdua. Dan tak lupa aku mendoakan dia.

Kini Andrew tidak akan mau memandangku lagi. Laporan dari teman-temannya yang melihat aku berkeliaran di diskotik-diskotik dgn lelaki lain membuatnya murka dan tidak mempercayai aku. Dia mengadili aku yang hanya bisa menangis dan berjanji akan menghentikan perbuatanku. Tapi apa daya, di belahan dunia lain, Andrew tidak akan bisa melihat keseriusanku. Dia meminta untuk mengakhiri hubungannya denganku meski aku menangis meraung-raung di telepon. Aku tak berdaya. Dia begitu kerasnya tidak mengampuni kesalahanku. Yah memang semua itu memang salahku. Tapi apakah aku tidak punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan? Apakah setiap orang tidak pernah khilaf? Apakah sama sekali tidak ada ampun untukku? Dia dulu mengatakan apa pun yang terjadi akan selalu mencintaiku. Akan selalu menjagaku. Semakin hari cintanya padaku akan semakin besar. Ternyata, bohong! Itu semua hanya bohong belaka!

Ketika ini aku jadi ceweq bodoh, sering melamun dan mudah stres. Bukan hanya hubunganku dgn Andrew yang hancur. Hubunganku dgn ayah ibuku juga memburuk. Mereka sudah menyerah menghadapi aku yang hampir setiap hari pulang pagi. Mereka bahkan mengancam akan mengusir aku bila terus menerus seperti ini. Aku jadi sering membolos sekolah. Prestasiku di sekolah makin hari makin memburuk. Aku telah kehilangan minat untuk belajar dan meraih ranking tinggi di sekolah. Hubungan sosial dgn teman sekolahku juga semakin buruk. Aku malas bergaul dgn mereka. Aku takut mereka mengetahui siapa aku sebenarnya. Aku takut mereka menyebarkan tingkah lakuku sebenarnya. Aku takut..

Aku jadi paranoid! Aku jadi mudah curiga dgn semua orang. Aku jadi sulit tidur dan melamun yang tidak-tidak. Aku jadi sering mimpi buruk dan makin sulit membedakan mana mimpi dan kenyataan. Lama-lama aku bisa gila! Aku ingin berhenti menggunakan narkoba dan sesegera mungkin meninggalkan dunia gemerlap yang selama setahun ini kugeluti. Tapi aku sulit meninggalkannya. Aku terperangkap di dalamnya! Ineks! Semua ini gara-gara pil setan itu! Badanku semakin kurus. Mataku cekung dihiasi garis hitam dibawahnya. Aku tidak mengenali wajahku sendiri di hadapan cermin. Bahkan Mamaku sudah mengecap aku sebagai wanita nakal. Yah.. wanita nakal.. aku memang telah jadi wanita nakal. Aku telah melepaskan keperawananku pada seorang pria yang bukan suamiku. Aku malu pada diriku dan pada orang tuaku. Diriku bukan Tina yang dulu. Tina yang selalu meraih prestasi di sekolah. Tina yang selalu memba tidak an orang tua. Tina yang rajin ke gereja. Tina yang lugu dan pemalu. Tina yang selalu jujur dan berterus terang..

Malam itu entah malam keberapa aku ke diskotik dgn Martin. Setelah triping gila-gilaan bersama teman-teman, aku pulang bersama Martin. Sebenarnya aku malas pulang krna masih dalam keadaan on berat. Gara-gara Bandar gede dari Jakarta datang, semua jadi kebanyakan ineks. Badanku terus bergetar tiada henti, dan rahangku bergerak-gerak ke kiri dan kekanan. dgn eratnya aku peluk lengan Martin seakan-akan takut kehilangan dirinya.Tidak seperti biasanya Martin mengajakku putar-putar keliling kota. Mungkin dia kasihan melihat aku masih on berat dan tidak tega membiarkan aku sendirian di rumah. Aku sih senang-senang saja. Kuputar lagu-lagu house music agak kencang, meski aku tahu akibatnya bisa fatal.Tak sampai lima menit, lagu house music dan hembusan hawa AC yang dingin membuat aku on lagi! Aku menggerak-gerakkan badan, kepala dan tanganku di bangku sebelah. Rasanya asyik sekali triping dalam mobil yang melaju membelah kota! Martin tertawa melihat aku memutar-mutar kepala seperti angin puyuh. “Untung kaca film mobilku gelap. Jadi aku tidak perlu takut orang-orang melihat tingkahmu!” ujarnya. Hahaha.. rasanya ketika itu aku tidak peduli mau dilihat orang, polisi, hansip atau siapa pun juga, aku tidak akan peduli! Lagipula ini masih jam 3 pagi.

Setelah setengah jam kami putar-putar kota, akhirnya kami sampai di daerah sekitar rumah Martin. Martin menyarankan agar aku meneruskan tripingku di rumahnya. Sebab terlalu riskan bila triping di jalanan seperti itu. Kalau sedang sial bisa ketangkap polisi. Aku yang sudah tidak bisa berpikir lagi Cuma mengiyakan semua omongannya. Sampai di rumahnya, aku langsung diantar ke kamarnya. Sambil meletakkan kunci mobil, Martin menyalakan ac dan memutar lagu house music untukku. Wah dia benar-benar ingin membuat aku on terus sampai pagi! Ok, Aku layani! Kurebut remote ac dari tangannya dan ku setel dgn temperatur paling rendah. Martin yang sudah drop, begitu mencium bau ranjang langsung hendak merebahkan badannya yang besar itu ke tempat tidur. Tentu saja aku tidak ingin tripping sendiri! Kutarik tangannya dan kuajak dia goyang lagi. Martin mengerang dan tetap menutup wajahnya dgn bantal. Tingkahnya dibuat manja seperti anak kecil. Tidak habis pikir aku segera mencari koleksi minumannya di mejanya. Kusambar sebotol Martell VSOP dan kupaksa dia minum.

Mulanya Martin menolak dgn alasan besok harus kerja. Namun aku memaksa terus hingga dia tak berkutik. Beberapa teguk Martell membuahkan hasil juga. Martin bangun dan duduk didepanku. Aku segera memeluknya dari belakang dan menggodanya dgn manja. “Kalau kamu mau nemenin aku tripinng.. hari ini aku jadi milikmu.” “Milikku sepenuhnya..? Ehm.. I love it!” Balas Martin nakal. “Ya..ehm.. jadi milikmu..” gumamku di dekat telinganya. Aku memeluknya dari belakang dan menciumi telinganya sampai dia kegelian. Aku terus menggodanya dgn menciumi leher dan bahunya. Tiba-tiba dia membalikkan badan dan menyergapku! Aku kaget juga dan berteriak kecil. Martin mendekapku erat-erat dan balas menciumi wajah, leher dan telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian oleh tingkahnya.

Lama-lama ciuman Martin semakin turun ke bawah. Dia melorotkan tali tank-topku dan menciumi buah dadaku dgn ganas sambil mendengus-dengus. Aku bergetar menahan geli dan rangsangan yang hebat. Otot-otot badan dan kakiku terasa kaku semua. Tidak puas menciumi dadaku, Martin meloloskan bra yang menutupi dadaku sehingga kedua buah dadaku tersembul keluar. “Woow.. aku paling suka payudaramu!” desisnya. Aku paling suka kalau keindahan tubuhku dipuji. Dia mengucapkan kata-kata itu dgn mata berbinar-binar sehingga membuatku tersanjung. Tentu saja aku langsung menutupi dadaku dgn kedua tanganku seakan-akan melarangnya untuk melihat.

Sedetik setelah itu dia membuka kedua tanganku dan membungkuk kearah dadaku lalu mendekatkan mulutnya ke puting kananku. Dengusan napasnya yang mengenai putingku sudah bisa membuatku menggelinjang. Pelan-pelan lidahnya menjilat putingku sekilas, lalu berhenti dan memandang reaksiku. Aku memejamkan mata dan mendengus. Perasaanku melambung sampai ke awang-awang! Ketika kubuka mataku, dia memandangku sambil tersenyum nakal. Aku memukulnya. Setelah itu dia menjilat puting kiriku sekilas. Aku kembali menggelinjang-gelinjang. Aku merasa detik-detik penantian apa yang akan dilakukan Martin pada putingku membuat aku makin penasaran. Aku mengerang-erang ingin agar Martin meneruskan aksinya.

Aku sudah sangat terangsang hingga memohon-mohon padanya agar memuaskan aku. Martin tersenyum manis sekali lalu mulai memasukan putingku ke mulutnya. Putingku dipermainkan dgn mulut dan lidahnya yang hangat. Aku bergetar dan menggelinjang menjadi-jadi. Kepiawaian Martin merangsang dan memuaskan aku sudah terbukti. Rangsangan yang hebat melupakan segala janji yang pernah kubuat. Martin sangat terangsang rupanya. Aku merasa ada yang mengganjal di bagian bawah perutku dan menyodok-nyodok kemaluanku. Aku membuka kedua kakiku lebar-lebar dan merubah posisi pinggulku agar kemaluanku bergesekan dgn penisnya. Tiap kali penisnya menggesek klitorisku aku mengerang dan merenggut apa saja yang bisa kurenggut termasuk rambutnya. Napas kita yang mendengus-dengus bersahut-sahutan bersaing dgn lagu house music yang memenuhi ruangan.

Martin meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu hingga aku telanjang bulat. Aku menatap wajahnya dgn perasaan tak karuan. Lalu dia membuka pakaiannya sendiri dan mulai menyerangku dgn ganas. Aku diciumi mulai mulut turun ke leher lalu ke buah dadaku. Setelah itu turun lagi melewati pusar dan bulu kemaluanku. Dia berhenti seketika sambil melihat aku yang sudah terangsang berat. “Martin.. cium anuku please..” pintaku terbata-bata. “Hehehe..” Desisnya pelan.Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya, dia mulai merubah posisinya agar mulutnya pas di kemaluanku. Setelah itu kakiku dibuka lebar-lebar ke atas sehingga kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa dingin menerpa bagian dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata berdebar-debar menunggu Martin memulai aksinya.

Martin menciumi sisi luar kemaluanku dgn perlahan. Aku mengerang tertahan dan mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah dan berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya lama sekali seperti kalau dia menciumi bibirku. Dia mengulum dan kadang menyedot kemaluanku dgn kuat. Aku mendesah-desah keras sekali. Tak tergambarkan rasanya. Lalu ketika lidahnya ikut bermain, aku tak kuat menahan lebih lama lagi. Dibukanya bibir kemaluanku dgn jarinya, lalu lidahnya dimasukan diantaranya. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan kadang masuk ke vaginaku dalam sekali.

Erangan panjang menandakan kenikmatan yang tiada taranya. Aku malu sekali ketika orgasme dihadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku perlahan-lahan mengendur seiring dgn tekanan yang kurasakan. Martin memang hebat. Dia sudah berpengalaman memuaskan ceweq. Dia bisa tahu timing yang tepat kapan harus cepat dan kapan harus pelan. Aku jadi curiga apa dia berprofesi sebagai gigolo yang biasa memuaskan Tante-Tante kesepian. Hehehe.. “Lho kok cepat? Sudah terangsang dari tadi ya?” tanyanya sambil senyum-senyum mesum. Mukaku memerah ketika aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku memukulnya dgn bantal sambil menggodanya. “Kamu gigolo ya? Kok hebat banget?” “Eh, gigolo! Kurang ajar! Gua ini memang Don Juan Surabaya ya! Belum pernah ada ceweq yang tidak puas kalau main denganku!” katanya pongah. “Teman-temanku sampai menjuluki aku ‘Sex Machine’!” lanjutnya. “Ngibul! kamu pasti gigolo!” godaku sambil memukulnya dgn bantal lagi. Kami perang mulut selama beberapa ketika.

Setelah itu Martin mengakhirinya dgn berkata, “Enak aja menghinaku! Sebagai balasannya, nih..” Martin melompat kearahku dan memasukkan kepalanya diantara kakiku. Dia langsung melumat kemaluanku dgn mulutnya lebih ganas lagi padahal kemaluanku masih berdenyut-denyut geli. Aku menjerit-jerit krna nya. Gelinya luar biasa! Entah apakah kemaluanku sudah sangat basah atau tidak, aku mendengar bunyi berkecipak di kemaluanku. Rasa geli yang menerpa segera berubah menjadi nikmat. Aku terhanyut lagi dalam permainan lidahnya. Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Badanku rasanya lemas semua. Malam itu aku mudah sekali orgasme. Entah apa mungkin itu krna pengaruh ineks atau memang aku sudah dalam keadaan puncak, aku tidak tahu.. Kami break sebentar. Martin tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri tegak bagai tugu monas. Kepalanya yang merah mengkilat krna cairan maninya meleleh keluar. Aku duduk di dipangkuannya dan memegang penisnya yang keras. “Lho, sejak kapan celana dalammu lepas? Aku kok tidak tahu?” tanyaku. “Hehehe.. kamu merem terus dari tadi sampe tidak tahu kalo burungku sudah menunggu-nunggu ditembakkan ke sasaran!” candanya.

Aku kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sambil menggodanya. Lalu aku naik ke atas tubuhnya dan duduk tepat diatas penisnya. Martin tampak terangsang melihat tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya. Martin memejamkan matanya sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya. Aku juga merasa geli-geli nikmat ketika penisnya yang keras dan licin menggeser klitorisku. Lama-lama Martin tidak kuat menahan rangsangan. Dia bangkit dan memeluk tubuhku. Kami berciuman. Tanpa mempedulikan bau cairan vaginaku di mulutnya, aku terus menggoyangkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang basah semakin memudahkan penis Martin bergesekan diantar bibir kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, sampai akhirnya pertahananku runtuh!

Penis Martin mengoyak keperawananku! Kepala penisnya selip dan masuk ke vaginaku. Aku menjerit kaget dan gerakanku terhenti. Untuk seketika aku merasa sakit krna ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Martin juga berhenti dan hendak mencabut penisnya dari vaginaku. Namun aku mencegahnya. Aku benar-benar terhanyut dalam fantasiku sendiri akan kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya erat-erat tubuhnya. Disamping rasa sakit, aku merasakan suatu kenikmatan yang lain. Aku ingin merasakan lebih lama lagi. Secara tak sadar aku merendahkan pinggulku perlahan-lahan sampai penis Martin memenuhi liang vaginaku. Rasanya sungguh luar biasa! Aku memeluk Martin sekuat tenaga dgn napas terputus-putus. Kucengkeram punggungnya dgn kuku jariku tanpa peduli dia kesakitan atau tidak. Tak terlukiskan perasaanku ketika itu. Aku mengerang-erang. Rasanya seluruh sarafku terputus dan terpusat di kemaluanku saja. Martin membiarkanku seketika menikmati moment ini. Dia pasti juga sedang menikmati koyaknya selaput daraku.

Perlahan-lahan Martin mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya bergerak-gerak perlahan dalam kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh menahan nikmat dan geli. Vaginaku masih sangat sensitif sampai sampai aku tidak tahan ketika penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu pada Martin. “Kenapa aku tidak tahu kalau ML seenak ini? Kalau tahu, aku sudah dari dulu mau making love sama kamu!” kataku parau. Mendengar perkataanku, seketika Martin hanya memandangku tanpa ekspresi. Aku tidak dapat menebak apa yang ada dipikirannya. Lalu dgn pandangan yang menyejukkan, dia mencium keningku dan pipiku. Aku menjadi tenang dan damai. Martin, aku sayang padamu, aku sayang padamu, aku sayang padamu. Tak ada lagi Andrew dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu kataku dalam hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tak bisa berpikir jernih! Yang ada dipikiranku hanya terus dan terus.. tanpa akhir..

Martin mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku. Mulanya perlahan, lama-lama semakin cepat. Rasanya mau mati saking nikmatnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya erangan dan desahan yang keluar dari mulutku. Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke dalam vaginaku membuatku tak berdaya. Malam itu aku orgasme empat kali. Martin menumpahkan spermanya di perutku dan terkapar disebelahku. Aku juga terkapar kelelahan. Saking lelahnya aku sampai tidak kuat untuk bergerak mengambil tissue untuk membersihkan spermanya yang tumpah di perutku. Ternyata orgasme ketika ML jauh lebih nikmat daripada dgn oral seks. Sungguh berbeda..

Setelah terkapar beberapa ketika, Martin membopongku ke kamar mandi dan memandikan aku. Aku terus menerus memandang wajahnya dan mencari-cari sinar apa yang terpancar di wajahnya. Apakah dia benar mencintaiku atau aku hanya salah satu perempuan koleksinya? Aku terus memeluknya ketika dia membasuh tubuhku dgn air hangat dan membersihkan kemaluanku. Setelah itu setelah membersihkan diri, kami tidur kelelahan.
***

Besoknya ketika aku bangun, Martin sudah tidak ada di sebelahku. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan. Detik berikutnya aku baru sadar kalau tidur telanjang bulat dan hanya ditutupi selimut. Perlahan-lahan memoriku memutar balik kejadian tadi malam. Agak susah mengingat kejadian semalam setelah pakai ineks dan minum minuman beralkohol. Setelah ingat semua, dgn lunglai aku bangkit dan melihat kemaluanku. Kuraba dan kupegang kemaluanku. Rasa nikmat dan geli semalam masih terbayang di pikiranku. Pikiran jelek mulai menggangguku. Aku sudah tidak perawan! Aku sudah kehilangan keperawananku di usia ke 16 dgn cowoq yang bukan pacarku maupun suamiku! Edan! Aku lepas kendali! Kata-kata Ling mulai teringat kembali. Ketika dia kehilangan keperawanannya pertama kali, dia menangis menjadi-jadi semalaman. Namun sekarang dia sudah biasa dan malah sering making love. Aku teringat ketika Ling mengenalkan Martin padaku, dia memperingatkan Martin agar jangan macam-macam padaku. Berbagai macam kejadian dari awal aku kenal kehidupan malam sampai ketika ini lalu lalang dalam pikiranku seakan-akan menyindirku. Sekarang semuanya telah terjadi! Aku tak percaya! Aku jadi seperti Ling!

Aku ingin menangis menyesali semuanya! Namun sudah terlambat! Apalagi ketika aku melihat setitik noda hitam pada sprei. Aku langsung menangis menjadi-jadi. Aku merasa berdosa! Bayangan wajah Papa Mamaku berkelebat berganti-ganti dalam benakku. Aku merasa berdosa pada Papaku, pada Mamaku, pada kakakku, pada seluruh keluargaku! Aku ke kamar mandi untuk membersihkan diriku! Aku merasa kotor dan hina! Aku bukan Tina yang dulu lagi! Masa depanku hancur! Siapa yang mau sama aku! Cowoq mana yang mau menerima ceweq seperti aku! Ceweq yang sudah tidak utuh lagi! Ceweq murahan! Aku benci diriku sendiri! Aku benci semua orang! Aku menangis lama sekali di kamar mandi. Kutumpahkan semua perasaanku dalam air mata yang segera tersapu guyuran air hangat. Hingga akhirnya aku tergeletak lemas di lantai kamar mandi.

Setelah bosan menangis, aku segera beranjak dari kamar mandi dan mengenakan pakaian. Kuambil ponselku dan kukirim SMS pada Ling. Aku minta dia menjemputku di rumah Martin. Ling menyanggupi dan berjanji akan menjemput aku sepulang sekolah pukul 13.00 Pukul sebelas Martin pulang ke rumah. Tiba-tiba perasanku jadi campur aduk ketika kudengar suara mobil Martin memasuki rumah. Ada perasaan jengkel yang menggebu-gebu padanya. “Kok berani-beraninya orang segede dia menjerumuskan anak kecil! Dasar hidung belang!” pikirku jengkel. Aku duduk di ranjang menghadap pintu sambil menunggu dia masuk. Kusiapkan wajah sesuram mungkin agar dia tahu kalau aku marah padanya. Aku sudah mempersiapkan diri untuk mendiamkannya selamanya. Pokoknya dia harus tahu kalau aku marah! Martin yang sepuluh tahun lebih dewasa tahu bagaimana harus bertindak menghadapi aku. Dia diam saja ketika aku mendiamkannya. Lalu mulai mengajakku makan. Aku menolak. Dia terus mengajakku bicara dan bercerita kalau dia bangun kesiangan sehingga terlambat kerja. Dia pura-pura tidak tahu aku marah padanya. Sejurus setelah itu dia mulai memelukku dan mengatakan kalau dia segera pulang krna khawatir aku belum makan atau kesepian di rumah.

Lama-lama aku kasihan juga padanya. Dia baik padaku. Sebenarnya yang salah aku. Aku yang memaksanya melakukan itu. Padahal kemarin dia sudah mau tidur, aku malah merangsangnya habis-habisan. Yah, aku yang salah. Seperti membangkitkan macan tidur. Aku pun mulai melunak. Aku mulai menjawab pertanyaannya sepatah-sepatah sampai akhirnya suasana mulai cair. Mengerti umpannya mengena, Martin mulai merayuku dan menggodaku. Aku tidak tahan digoda dan mulai membalas godaannya. “Martin, kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus kawin sama aku!” serangku. “Jangan kuatir sayang! Aku ini dari dulu juga suka sama kamu. Cuma aku takut kamu yang tidak mau sama aku krna aku terlalu tua. Hahahaha..” balasnya.

Aku tidak peduli pikirku. Toh aku juga merasa cocok dgn Martin. Dia begitu dewasa. Dia bisa momong aku. Masalahnya, dia sepuluh tahun lebih tua dari aku. Apa orang tuaku setuju aku menikah dengannya? Pikiranku sudah jauh lebih baik sekarang. Martin memelukku erat-erat dan menghiburku. Aku jadi makin sayang padanya. Akibat kejadian malam itu, hampir tiap hari aku making love dengannya. Kami melakukan di rumahnya, di hotel, di kamar mandi, di mobil dan dimanapun kami mau! Berbagai posisi kami lakukan. Aku benar-benar ketagihan bersenggama! Bahkan kami pernah menginap seharian di hotel dan tidak keluar kamar sama sekali. Ketika itu aku sampai orgasme sebelas kali waktu making love dengannya! Benar-benar liar dan tak terkontrol!

Acara tripping selalu dilanjutkan dgn making love. Kesukaan kami adalah triping sambil telanjang bulat berdua di kamar Martin sambil bercumbu. Asyik sekali rasanya! Ketika pengaruh ineks menurun, kami bersenggama atau melakukan oral seks untuk membuat on lagi. Setelah benar-benar habis, kami lanjutkan dgn minum minuman keras. Edan.. Dua bulan terakhir ini aku jarang kontak dgn Martin. Martin sibuk dgn pekerjaannya, sedangkan aku sibuk diadili oleh keluargaku. Mereka marah besar padaku dan mengawasiku dgn ketat. Ponselku disita sementara. Telepon untukku disortir sama orang tuaku. Kemana-mana selalu diantar sopir ayahku. Pokoknya aku jadi tahanan rumah!



Entah siapa yang salah! Aku tak perlu menyalahkan siapa saja selain diriku sendiri. Aku sendiri pun menyesal menyadari kondisiku sekarang. Orang luar pada bingung melihat tingkahku. Aku hidup di dalam keluarga yang harmonis. Orang tuaku sayang dan perhatian padaku. Tapi kok bisa aku terjerumus jadi seperti ini? Hahaha.. memang bodoh apa yang kulakukan. Penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Entah sampai kapan aku bisa berhenti dari dunia gila ini?


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes